Cerpen

 Do'a Sang Pembantu

Wajah muram tampak pada Aditia seorang remaja ugal-ugalan, bergaul asal gaul yg penting senang sesaat. Entah sama pereman, perampok,penjudi, maupun pemabuk. 24 jam waktu satu hari satu malam habis terbuang begitu saja, tiada hal baik yang pernah dijalani sang remaja ini. Hari ini bersama pereman, hari selanjutnya bersama penjudi ya maklum anak orang kaya uang habis dihambur-hamburkan tak jelas kemana perginya begitu seterusnya. Orangtua Adit nama akrabnya tak peduli dengan nasib anak semata wayangnya, ya minimal berpikir siapa penerus perjuangan mereka selama ini.itupun tak pernah mampir dibenak mereka. Yang penting uang dan uang yang wajib mereka beri dan mereka cari. Seolah Allah tuhan Rabb penberi semua itu tiada memperhatikan mereka,sekali lagi hanya uang yang selalu disisi. Walau adit bersahabat dengan sebangsa pereman tapi dia dapat duduk dibangku kuliah ya Karena uang lagi bukan karena kecerdasan kepandaian yang dia miliki. “malem pah, mah?” sapa adit senggoyoran diambang pintu sehabis pulang dari melalap miras bersama segeng kawannya. “malem” jawa Erika nama ibu adit tanpa memperhatikan sang anak tercinta yang dating, karena tengah asyik menikmati amanahnya dari kantor. Karena repon yang kecut adit segera menuju kamar lalu duduk termangu seraya berkata “aku ini sebenarnya punya orangtua gak sih, kalo gak punya siapa mereka berdua itu, jika punya kok aku tak merasakan keberadaan mereka, setiap bangun hanya bik ima yang membosan yang kulihat. Ah…..apa yang aku pikirkan, biarlah yang penting aku heeepiii…..!!!” teriaknya tanpa sadar seraya menjatuhkan badan diatas ranjang. Tak terasa waktu begitu cepat, pagi menyapa,suara burung satu dua mulai riuh. Hari ini mungkin hal berbeda bagi adit. Yang biasa tak pernah mampir keruang makan sekarang singgah, yang biasanya sinis ma pembantu kini kebalikannya. Seraya berkata “ma……….h,ma……….h?” panggilnya “apa den?” tnya bik ima yang menjawab panggilannya itu. “mama kemana bik?” tanyanya balik seraya duduk disalah satu kursi. “nyonya sudah berangkat kerja” jawab bibik meletakkan sepiring nasi goreng kesukaan adit yang setiap hari tek lupa tersaji walau sering tak tersantap. “lha papa?”tanyanya lagi sambil menikmati sesuap nasi favoritnya. “sama den dah dari jam 5 tadi karena ada janji ma claiyen dikota sebelah” “Bik boleh gak aku tanya ama bibik?” ”boleh den, mau taya apa?” sebelum adit melontarkan pertanyaan, bibi berpikir dan berkta dalam hati “den adit kok kelihatannya berubah, apa ini hidayah-Mu ya Allah, apa ini juga tanda terkabulnya doaku selama ini? Agar aden adit dapat jadi orang yang sholeh insane yang baik, semoga, aku hanya berharap pada-Mu,semoga Engkau mengabulkan doaku,aamiin” “heeei, bik??” kata adit melambai-lambaikan tangan didepan muka bibi. “iya den” kata bibi merespon kaget. “o…. ya aden mau tanya apa?”lanjutnya. “bik, sebelum aku Tanya disini dirumah ini yang luas ini, semewah ini hanya ada bibik, hanya yang mungkin bias aku tanyai, tapi pertanyaanku aneh ya aneh”. Kata adit datar. “mengapa den?” “ya tidak kenapa-kanapa aku selama ini jadi anak tak jelas, apa pantas aku Tanya apa yang akan aku tanyakan?” “lhakan aden lum Tanya, ya bibik gak tau den, tapi jika itu baik pasti pantas”. “makasih bik, bik sekarang sehari ni gak usah kerja, bibi aku sewa,hehehe….” “maksut aden?, jika nanti nyonya marah gimana?” “gak nanti aku yang tanggung deh, aku mau cerita dan Tanya banyak ma bibik ni, masalah makan nanti aku pesan, mama dan papa mana mungkin sempat makan dirumah” “ya boleh, sekarang mau Tanya apa?” “bik, jadi orang baik itu gimana ya?” “serius aden tanya seperti itu?” “iya serius bik” “yah kalo menurut kalo menurut bibik jadi oaring baik itu gak mudah den, kita harus menuruti aturan-aturan yang berlaku namun itu semua demi kebaikan kita den,jadi gak usah takut menghadapi itu, jika kita jalankan dengan ikhlas lillahi ta’ala pasti mudah karena hal itu hanya berulang-ulang kita lakukan” terang bibik. “o….gitu , mulainya darimana?” “yah hal paling kecil” “apa?” “Rubah diri kita sebelum menyesal” “maksutnya?” “maksutnya gini “ lanjut bibi menjelaskan ala Aa’ Gym. “wah bibi jadi da’I ja bik patut tu,hehe……..” “ah aden jadi gak?” lanjut bibi mengelak “ya ya jadi jadi, karena aku perlu ni bik” “kalo boleh tau bibi mau Tanya dulu sebelum bibi lanjutkan” pinta bibi penasaran. “ya, mau Tanya apa?” “kenapa aden perlu penjelasan bibi?” “ya kalo boleh jujur aku dah bosan bik hidup seperti ini,kaya, gemilangan harta, tapi hidup tak nyaman, dihantui dosa yang semakin tinggi ditambah gak ada yang memperhatikan hidupku mau bagaimana, sebelum menuju tempat biasa aku selalu memperhatikan keluarga kecil dipinggiran jalan dekat TPA (Tempat Pembuangan Akhir) akhir-akhir ini,mereka hidup tentram, ada rasa peduli,cinta, saling mengasihi satu sama lain, saling perhatian. Gema al-qur’an terdengar setiap ba’da maghrib terdengar indah,aku juga kenapa aku bias merasakan semua itu,padahal aku sadar siapa aku selama ini” “den,mungkin itu hidayah Allah” “o……gitu to, yah dilanjut dong?” “oke…..tapi sampai apa ya?” Tanya bibi sempat lupa dengan ucapannya. “ ih bibi pelupa tu” “maklum dah tua den” “sampai Rubah diri kita sebelum kita menyesal “ “o….. ya kita kita harus rubah diri kita sebelu datangnya penyesalan,karena penyesalan gak mungkin didepan,juga mungkin juga penyesalan itu didapat tidak didunia namun diakhirat nanti, ya kalo penyesalan didapat didunia tak masalah kita dapat perbaiki, tapi kalo diakhirat gimana?” “lha namanya penyesalan didunia dan diakhirat itu apa bik?” “penyesalan didunia Allah akan memberikan hukuman kepada makhluk-Nya bias berupa sakit atau apalah, agar manusia menyadari kesalahan dan bertaubat, sedangkan penyesalan diakhirat itu ya dia kekal dineraka dan mendapat siksa yang pedih apabila dia meninggal dalam keadaan kafir” “Ya Allah bik, berarti aku selama ni tiada artinya, betapa tak pedulinya aku pada agamaku,tuhanku dan saudara-saudaraku, darimana aku dapat tau semua itu meliat keadaan ortuku juga seperti itu” “ya sabar den, belum terlambat, sekarang aden sudah besar, bisa cari kemana aja dan dimana aja, manfaatkan fasilitas yang diberikan kepada orangtua aden dijalan kebaikan” “iya bik akan aku coba dan aku akan merubah diriku, mulai dari hari ini, Allah dan bibi serta malaikat dan siapa aja yang ada si sini menjadi saksi, aku akan berubah, aku bukan Adit yang dulu pemabuk, penjudi, perampok, tapi kini Adit yang sekarang adalah Adit yang penuh semangat menjadi muslim sejati, doakan ya bik?” katanya penuh kesungguhan. “InsyaAllah den, doa bibi selalu menyertai aden” kata bibi seraya meneteskan air mata. “kenapa bibi nangis?” “bibi gak nyangka aden akan bertanya dan berkata seperti ini, bibi benar-benar bersyukur kepada Allah, Alhamdulillah akhirnya Hidayah-Nya untuk aden saat ini” “ya aku juga bersyukur aku ingin berubah” Tanpa dirasa percakapan mereka memakan waktu sampai senja, Adit kini bukan Adit yang ndugal, anak pereman, Adit kini adalah Adit yang sholeh, setelah mendapat tausyiah dari seorang pembantu dan hidayah Allah, dia dapat memaknai kehidupan didunia ini. Dia rajin kemajelis-majelis tafsir Al-Qur’an, rajin menjalankan syari’at-syari’at islam, bahkan diapun keluar dari bangku kuliah lama dan kuliah lagi pada jurusan baru yang berbau islam tentunya. Hingga mendatangi salah seorang ustadz ternama diindonesia dengan tujuan mendalami ilmu islam. Hari ini tak begitu agenda sag lelaki sholeh itu itu tak padat, dia mengajak bibi yang dulu dekat-dekatpun tak mau. “Aden mau kemana?” “Aku mau ngajak bibi jalan-jalan kesuatu tempat, ayo!!!!” “jalan” “ iya jalan, kan tadi aku bilang jalan” “o…..” Mereka jalan menelusuri lorong-lorong dipinggiran kota tempat dimana adit dulu berkumpul dengan geng-geng berandalannya menuju tempat anak jalanan pada berkumpul. Disetiap kumpulan adit tak lupa menebarkan salam, namun tak pernah terjawab “ eh adit itu ya, beneran kan, wah dia berubah, wewewewe………..” kata seorang pereman kepada kawan-kawannya. Sesampai ditempat yang dituju sudah tersedia beberapa kursi dan meja serta makanan dan pakaian untuk anak-anak jalanan yang kurang perhatian itu. Adit selalu berusaha yang terbaik buat mereka. “ kak adit, assalamualaikum” teriak seorang bocah mendekati adit lalu salaman kepadanya. “wa’alaikummussalam di” “ini siapa kak?” “ nanti kakak jelaskan pada kalian semua” “ Adik-adik semua Assalamualaikum wr.wb” “W’alaikummussalam wr.wb” balasnya serempak. “adik-adik ni ada bu ima dia yang merubah kakak jadi yang saat ni, adik-adik perlu tau, kakak sebenarnya tidak dari kecil seperti ini. Dulu kakak anaknya nakal bangeeeeet , namun setelah kakak bertemu bu ima kakak jadi tau arti kehidupan yang sesungguhnya untuk siapa, bagaimana , apa, dan sebagainya tentang islam itu, dia juga orangtua kakak drumah disamping kedua orangtua kakak asli, namun bu ima ini oarangtua kakak” jabarnya “den” panggil bik ima seraya mengusap air mata yang membanjiri pipinya. “bu, nanti saja jika ibu akan protes” jawab adit tegas. Hanya uraian airmata yang mewakili kata-kata yang belum sempat keluar dari seorang ibu pembantu rumah tangga itu. Adit memang sudah menganggap bik ima seperti orangtuanya sendiri. Adit hanya bisa melampiaskan segala rasa segala isi hati pada beliau. Walau kini dia juga tengah berharap keduw orangtuanya berubah. Namun apa hasilnya? Tetap nihil. Orangtuanya tetap yang dulu. Walau nasehat demi nasehat dikeluarkan dari bibir adit sendiri. Diesepertiga malam dia selalu memanjatkan pengharapan kepada Rabbnya, tapi kedua orangtuanya tak hanya menggeluti dunia saja namun juga tak memikirkan akhirat tempat yang kekal. “biarlah semua ini berlalu apa adanya” pikirnya. seusai perkenalan dan cerita panjanng lebar , bik ima dan adit segera menuju rumah. Dirumah hanya tangis dan tangis yang dapat dilakukan bik ima. Ia tak tau harus berkata apalagi, mendengar uraian adit tadi siang. Begitu menyentuh qolbu. “assalamualaikum bik” sapa adit dibelakangnya. “wa’alaikummussalam den” jawabnya terisek-isek. “bik kenapa bibi harus nangis sampai seperti ini? Tak usah ditangisi aku berkata apa adanya bik, apa yang aku rasa aku luapkan dalam cerita itu, ya mungkin dapat menjadi gambaran bagi anak-anak” “den bibi nangis karena bibi bangga sama aden, aden yang dulu seperti itu tak pernah peduli dengan anak-anak jalanan apalagi agama, namun kini sebaliknya dan satu lagi den Alhamdulillah doa ku terjawab oleh-Nya” “maksut bibi apa?” “aden tak usah tau maksut bibi, yang paling penting jalani kehidupan ini sesuai dengan as-sunah dan Al-qur’an, jangan lupa ikhtiar dan doa bagi kedua orangtua aden adalah paling utama, karena sebaik-baik doa adalah doa anak shole, jangan menyerah sebelum dating kematian, kesempatan masih panjang,kedua orangtua aden masih sehat, kuat dan insyaAllah masih dapat berubah” “ya bik, terima kasih untuk semuanya” "aden tak usah berterimakasih kepada bibi, berterimakasihlah kepada Allah yang berhak menerimanya. Kehidupan adalah ajang ujian. segala yang diberi adalah ujian baik nikmat maupun musibah. Jika nikmat terlalu berlebih, tidak disyukuri serta digunakan dijalan Allah maka siksa yang diterima, namun suatu musibah jika dapat dilalui dengan penuh kesabaran, keikhlasan serta disyukuri maka akan jadi nikmat yang tiada terkira. Allahu a’lam bisawab.

Dilema Cinta Si Ukhtii 

Hari semakin siang,panas tambah terik,kicau burung yang riuh seakan menertawaiku yang tengah resah,gundah,gulana termangu diteras. Semilir angin sepoi-sepoi sesekali menghantam tubuhku,tak karuan batinku semenjak kejadian itu aku seakan tak bersemangat,makan tak nafsu,apapun yang aku jalani berantak gara-gara aku kenal cowok berwajah teduh dengan jenggot tipis yang aku anggap baik,sholeh,pengertian,hingga membuatku jatuh hati.tapi akhir-akhir ini dia menghilang lenyap begitu saja tanpa kabar setelah dia mengirim pesan singkat "aku sayang padamu"satu kalimat ini yang membuat hidup tak tenang "katanya sayang kok gak ada perhatiannya sama sekali sih,jangan-jangan aku cuma buat mainan" batinku negatif. "jaman sekarang cari cowok baik bagai mencari jarum ditumpukan jerami,kebanyakan lain di mulut lain di hati" lanjut batinku.Panas sudah lagi terasa,mentari yang sudah menemani siangku  melambaikan berpamitan kembali keperaduan tanda hari sudah petang. Aku
belum juga berangjak dari tempat dudukku.Allahu akbar... Allahu akbar...suara adzan maghrib memecah kesepian."sinta masuk sudah adzan sayang" hingga akhirnya suara panggilan sesosok paruh baya yang tak lain adalah ibuku dari dalam rumah membangkitkanku."ah masa bodoh lah" gumamku seraya mengambil ponsel menunggu adzan isya' berkumandang.Dret... dret... hapeku bergetar mengagetkan. Kuambil dan terlihat di layar tertulis 1 pesan diterima. Kutekan tombol ok,hati berbunga-bunga,sejuk bak panas setahun dihapus hujan sehari membaca tulisan tertera di layarfrom ardi"assalamu'alaikum" Dalam wajah terpancar kebahagiaan "wa'alaikumussalam" kubalas sms itu dengan bibir tak henti tersenyum,tangan gemetar dan hati berdebar.Detik berganti menit,menit berganti jam telepon genggamku tak juga bergetar,sesekali kupencet tombol mata tertuju memandangi layar padahal aku sudah tahu kalau ada sms masuk pasti ada tanda. Wajah kembali muram lesu,bunganya kembali layu yang ditunggui tak datang. Suara panggilan untuk menghadap-Nya samar-samar terdengar di telinga. Tubuh yang letih hati yang risau kupaksakan untuk mengambil air wudhu dan menjalankan kewajiban.Terlihat jam yang menempel di dinding menunjukkan pukul 21 akupun terlelap dalam tidur malamku.
***
Mentari mulai menyinari kamarku dari jendela yang kubuka ba'da subuh tadi namun belum juga mengusir dingin dari tubuhku. Kuambil hp di atas meja malah mengingatkan aku kembali padanya yang tak membalas sms semalam. Aku mencoba alihkan perhatian,kuletakkan kembali hp di genggaman,melupakan sejenak menghapus tentangnya dari pikiranku. Kaki melangkah menghampiri ibu yang sedang sibuk mempersiapkan sarapan kami sekeluarga.
"pagi bu" sapaku duduk di meja makan meneguk segelas susu yang sudah tersedia.
"pagi juga sayang"
"tumben langsung minum susu" lanjut ibu curiga melihatku yang biasa paling susah minum susu.
"hehehe.. gak boleh ya bu? abis susu buatan ibu menggoda" jawabku mengelak.
"boleh... malah bagus,ibu seneng kalo kamu suka susu sekarang biar gemukan" sindir ibu yang memang tubuhku kurus.
ibu tak merespon apa-apa melanjutkan menggoreng telur dadar kesukaan ayah.
"ayah" sapaku kepada ayah yang baru datang dari arah kamar mandi samping dapur.
"apa sinta?"
"ayah sekarang kerja ya?" tanyaku basa-basi yang sudah tahu ayah pasti kerja kecuali ahad.
"iya dong,ini hari apa coba?"
"sabtu ayah" jawabku tersipu malu.
***
Suasana kembali sunyi ayah sudah tancap gas kerja ibu ke pasar sedang aku masih libur kuliah. "benar-benar hari yang membosankan" gumamku Tak ada lagi kegiatan selain bangun,sarapan,nongkrong depan televisi kebiasaanku setiap pagi di hari libur. Virus merah jambu telah menyerangku,hama rindu membuat lemah tak berdaya,adakah pestisida untuk membasminya? Aku bak burung dalam sangkar tak bisa terbang bebas terpenjara oleh perasaan kegalauan yang tiada henti. Di sisi lain kebahagiaan menyelimutiku ada yang sayang pada diri ininamun di sisi lainnya kehangatan tak kurasa perasaan resah tak menentu yang selalu membuat tubuh ini dingin tak pernah ada kabar darinya atau menanyakan kabarku seakan hanya buat permainan.
Film kartun di layar kaca yang kupantengin sedari tadi mampu membuatku tenggelam dalam tawa,terlupa akan dirinya.
Tuling tuling.. dreett dreeett ponsel hitam kesayangan yang selalu setia kemanapun aku pergi tiba-tiba terdengar tanda pesan masuk diterima "paling temenku" celetuk bibirku tebakanku salah,satu pesan yang kuterima dari ardi orang yang kukenal dari pertemuan singkat saat itu dan kini membuatku serba salah. "assalamu'alaikum" "wa'alaikumussalam,kamu beneran sayang ma aku?" balasku memberanikan diri bertanya untuk menjawab kegalauan hati. "bener aku sayang kamu" senyum kecil merekah wajah merah merona membaca pesan itu. Jawaban itu tak cukup memuaskan hati kembali kubalas pesannya dengan satu pertanyaan mengganjal di hati membuatku berpikir negatif yang tersimpan karena sikapnya yang cuek.
"adakah yang lain di hatimu?"
Seperti layaknya yang lain aku ingin tetap satu satu di hatinya dan tak ingin diduakan.
"apakah dia marah padaku? apakah benar ada yang lain di hatinya? apakah aku salah" tanyaku dalam hati menanti pesan yang tak ada jawaban. Suasana berubah dramatis tiba-tiba air mata membasahi pipi,bibir beku membaca pesan itu. Jawaban itu tak cukup memuaskan hati kembali kubalas "paling temenku" celetuk bibirku tebakanku salah,satu pesan yang kuterima dari ardi orang yang kukenal dari pertemuan singkat saat itu dan kini membuatku serba salah. "assalamu'alaikum" "wa'alaikumussalam,kamu beneran sayang ma aku?" balasku memberanikan diri bertanya untuk menjawab kegalauan hati. "bener aku sayang kamu" senyum kecil merekah wajah merah merona membaca pesan itu. Jawaban itu tak cukup memuaskan hati kembali kubalas pesannya dengan satu pertanyaan mengganjal di hati membuatku berpikir negatif yang tersimpan karena sikapnya yang cuek.
"adakah yang lain di hatimu?"
Seperti layaknya yang lain aku ingin tetap satu satu di hatinya dan tak ingin diduakan.
"apakah dia marah padaku? apakah benar ada yang lain di hatinya? apakah aku salah" tanyaku dalam hati menanti pesan yang tak ada jawaban. Suasana berubah dramatis tiba-tiba air mata membasahi pipi,bibir bekumembaca pesan itu. Jawaban itu tak cukup memuaskan hati kembali kubalas "paling temenku" celetuk bibirku tebakanku salah,satu pesan yang kuterima dari ardi orang yang kukenal dari pertemuan singkat saat itu dan kini membuatku serba salah. "assalamu'alaikum" "wa'alaikumussalam,kamu beneran sayang ma aku?" balasku memberanikan diri bertanya untuk menjawab kegalauan hati. "bener aku sayang kamu" senyum kecil merekah wajah merah merona membaca pesan itu. Jawaban itu tak cukup memuaskan hati kembali kubalas pesannya dengan satu pertanyaan mengganjal di hati membuatku berpikir negatif yang tersimpan karena sikapnya yang cuek.
"adakah yang lain di hatimu?"
Seperti layaknya yang lain aku ingin tetap satu satu di hatinya dan tak ingin diduakan.
"apakah dia marah padaku? apakah benar ada yang lain di hatinya? apakah aku salah" tanyaku dalam hati menanti pesan yang tak ada jawaban. Suasana berubah dramatis tiba-tiba air mata membasahi pipi,bibir beku
Mentari mulai menyinari kamarku dari jendela yang kubuka ba'da subuh tadi namun belum juga mengusir dingin dari tubuhku. Kuambil hp di atas meja malah mengingatkan aku kembali padanya yang tak membalas sms semalam. Aku mencoba alihkan perhatian,kuletakkan kembali hp di genggaman,melupakan sejenak menghapus tentangnya dari pikiranku. Kaki melangkah menghampiri ibu yang sedang sibuk mempersiapkan sarapan kami sekeluarga.
"pagi bu" sapaku duduk di meja makan meneguk segelas susu yang sudah tersedia.
"pagi juga sayang"
"tumben langsung minum susu" lanjut ibu curiga melihatku yang biasa paling susah minum susu.
"hehehe.. gak boleh ya bu? abis susu buatan ibu menggoda" jawabku mengelak.
"boleh... malah bagus,ibu seneng kalo kamu suka susu sekarang biar gemukan" sindir ibu yang memang tubuhku kurus.
ibu tak merespon apa-apa melanjutkan menggoreng telur dadar kesukaan ayah.
"ayah" sapaku kepada ayah yang baru datang dari arah kamar mandi samping dapur.
"apa sinta?"
"ayah sekarang kerja ya?" tanyaku basa-basi yang sudah tahu ayah pasti kerja kecuali ahad.
"iya dong,ini hari apa coba?"
"sabtu ayah" jawabku tersipu malu.
***
Suasana kembali sunyi ayah sudah tancap gas kerja ibu ke pasar sedang aku masih libur kuliah. "benar-benar hari yang membosankan" gumamku Tak ada lagi kegiatan selain bangun,sarapan,nongkrong depan televisi kebiasaanku setiap pagi di hari libur. Virus merah jambu telah menyerangku,hama rindu membuat lemah tak berdaya,adakah pestisida untuk membasminya? Aku bak burung dalam sangkar tak bisa terbang bebas terpenjara oleh perasaan kegalauan yang tiada henti. Di sisi lain kebahagiaan menyelimutiku ada yang sayang pada diri ininamun di sisi lainnya kehangatan tak kurasa perasaan resah tak menentu yang selalu membuat tubuh ini dingin tak pernah ada kabar darinya atau menanyakan kabarku seakan hanya buat permainan.
Film kartun di layar kaca yang kupantengin sedari tadi mampu membuatku tenggelam dalam tawa,terlupa akan dirinya.
Tuling tuling.. dreett dreeett ponsel hitam kesayangan yang selalu setia kemanapun aku pergi tiba-tiba terdengar tanda pesan masuk diterima "paling temenku" celetuk bibirku tebakanku salah,satu pesan yang kuterima dari ardi orang yang kukenal dari pertemuan singkat saat itu dan kini membuatku serba salah. "assalamu'alaikum" "wa'alaikumussalam,kamu beneran sayang ma aku?" balasku memberanikan diri bertanya untuk menjawab kegalauan hati. "bener aku sayang kamu" senyum kecil merekah wajah merah merona membaca pesan itu. Jawaban itu tak cukup memuaskan hati kembali kubalas pesannya dengan satu pertanyaan mengganjal di hati membuatku berpikir negatif yang tersimpan karena sikapnya yang cuek.
"adakah yang lain di hatimu?"
Seperti layaknya yang lain aku ingin tetap satu satu di hatinya dan tak ingin diduakan.
"apakah dia marah padaku? apakah benar ada yang lain di hatinya? apakah aku salah" tanyaku dalam hati menanti pesan yang tak ada jawaban. Suasana berubah dramatis tiba-tiba air mata membasahi pipi,bibir beku membaca pesan itu. Jawaban itu tak cukup memuaskan hati kembali kubalas "paling temenku" celetuk bibirku tebakanku salah,satu pesan yang kuterima dari ardi orang yang kukenal dari pertemuan singkat saat itu dan kini membuatku serba salah. "assalamu'alaikum" "wa'alaikumussalam,kamu beneran sayang ma aku?" balasku memberanikan diri bertanya untuk menjawab kegalauan hati. "bener aku sayang kamu" senyum kecil merekah wajah merah merona membaca pesan itu. Jawaban itu tak cukup memuaskan hati kembali kubalas pesannya dengan satu pertanyaan mengganjal di hati membuatku berpikir negatif yang tersimpan karena sikapnya yang cuek.
"adakah yang lain di hatimu?"
Seperti layaknya yang lain aku ingin tetap satu satu di hatinya dan tak ingin diduakan.
"apakah dia marah padaku? apakah benar ada yang lain di hatinya? apakah aku salah" tanyaku dalam hati menanti pesan yang tak ada jawaban. Suasana berubah dramatis tiba-tiba air mata membasahi pipi,bibir bekumembaca pesan itu. Jawaban itu tak cukup memuaskan hati kembali kubalas "paling temenku" celetuk bibirku tebakanku salah,satu pesan yang kuterima dari ardi orang yang kukenal dari pertemuan singkat saat itu dan kini membuatku serba salah. "assalamu'alaikum" "wa'alaikumussalam,kamu beneran sayang ma aku?" balasku memberanikan diri bertanya untuk menjawab kegalauan hati. "bener aku sayang kamu" senyum kecil merekah wajah merah merona membaca pesan itu. Jawaban itu tak cukup memuaskan hati kembali kubalas pesannya dengan satu pertanyaan mengganjal di hati membuatku berpikir negatif yang tersimpan karena sikapnya yang cuek.
"adakah yang lain di hatimu?"
Seperti layaknya yang lain aku ingin tetap satu satu di hatinya dan tak ingin diduakan.
"apakah dia marah padaku? apakah benar ada yang lain di hatinya? apakah aku salah" tanyaku dalam hati menanti pesan yang tak ada jawaban. Suasana berubah dramatis tiba-tiba air mata membasahi pipi,bibir beku
Mentari mulai menyinari kamarku dari jendela yang kubuka ba'da subuh tadi namun belum juga mengusir dingin dari tubuhku. Kuambil hp di atas meja malah mengingatkan aku kembali padanya yang tak membalas sms semalam. Aku mencoba alihkan perhatian,kuletakkan kembali hp di genggaman,melupakan sejenak menghapus tentangnya dari pikiranku. Kaki melangkah menghampiri ibu yang sedang sibuk mempersiapkan sarapan kami sekeluarga.
"pagi bu" sapaku duduk di meja makan meneguk segelas susu yang sudah tersedia.
"pagi juga sayang"
"tumben langsung minum susu" lanjut ibu curiga melihatku yang biasa paling susah minum susu.
"hehehe.. gak boleh ya bu? abis susu buatan ibu menggoda" jawabku mengelak.
"boleh... malah bagus,ibu seneng kalo kamu suka susu sekarang biar gemukan" sindir ibu yang memang tubuhku kurus.
ibu tak merespon apa-apa melanjutkan menggoreng telur dadar kesukaan ayah.
"ayah" sapaku kepada ayah yang baru datang dari arah kamar mandi samping dapur.
"apa sinta?"
"ayah sekarang kerja ya?" tanyaku basa-basi yang sudah tahu ayah pasti kerja kecuali ahad.
"iya dong,ini hari apa coba?"
"sabtu ayah" jawabku tersipu malu.
***
Suasana kembali sunyi ayah sudah tancap gas kerja ibu ke pasar sedang aku masih libur kuliah. "benar-benar hari yang membosankan" gumamku Tak ada lagi kegiatan selain bangun,sarapan,nongkrong depan televisi kebiasaanku setiap pagi di hari libur. Virus merah jambu telah menyerangku,hama rindu membuat lemah tak berdaya,adakah pestisida untuk membasminya? Aku bak burung dalam sangkar tak bisa terbang bebas terpenjara oleh perasaan kegalauan yang tiada henti. Di sisi lain kebahagiaan menyelimutiku ada yang sayang pada diri ininamun di sisi lainnya kehangatan tak kurasa perasaan resah tak menentu yang selalu membuat tubuh ini dingin tak pernah ada kabar darinya atau menanyakan kabarku seakan hanya buat permainan.
Film kartun di layar kaca yang kupantengin sedari tadi mampu membuatku tenggelam dalam tawa,terlupa akan dirinya.
Tuling tuling.. dreett dreeett ponsel hitam kesayangan yang selalu setia kemanapun aku pergi tiba-tiba terdengar tanda pesan masuk diterima "paling temenku" celetuk bibirku tebakanku salah,satu pesan yang kuterima dari ardi orang yang kukenal dari pertemuan singkat saat itu dan kini membuatku serba salah. "assalamu'alaikum" "wa'alaikumussalam,kamu beneran sayang ma aku?" balasku memberanikan diri bertanya untuk menjawab kegalauan hati. "bener aku sayang kamu" senyum kecil merekah wajah merah merona membaca pesan itu. Jawaban itu tak cukup memuaskan hati kembali kubalas pesannya dengan satu pertanyaan mengganjal di hati membuatku berpikir negatif yang tersimpan karena sikapnya yang cuek.
"adakah yang lain di hatimu?"
Seperti layaknya yang lain aku ingin tetap satu satu di hatinya dan tak ingin diduakan.
"apakah dia marah padaku? apakah benar ada yang lain di hatinya? apakah aku salah" tanyaku dalam hati menanti pesan yang tak ada jawaban. Suasana berubah dramatis tiba-tiba air mata membasahi pipi,bibir beku membaca pesan itu. Jawaban itu tak cukup memuaskan hati kembali kubalas "paling temenku" celetuk bibirku tebakanku salah,satu pesan yang kuterima dari ardi orang yang kukenal dari pertemuan singkat saat itu dan kini membuatku serba salah. "assalamu'alaikum" "wa'alaikumussalam,kamu beneran sayang ma aku?" balasku memberanikan diri bertanya untuk menjawab kegalauan hati. "bener aku sayang kamu" senyum kecil merekah wajah merah merona membaca pesan itu. Jawaban itu tak cukup memuaskan hati kembali kubalas pesannya dengan satu pertanyaan mengganjal di hati membuatku berpikir negatif yang tersimpan karena sikapnya yang cuek.
"adakah yang lain di hatimu?"
Seperti layaknya yang lain aku ingin tetap satu satu di hatinya dan tak ingin diduakan.
"adakah yang lain di hatimu?"
Seperti layaknya yang lain aku ingin tetap satu satu di hatinya dan tak ingin diduakan.
"apakah dia marah padaku? apakah benar ada yang lain di hatinya? apakah aku salah" tanyaku dalam hati menanti pesan yang tak ada jawaban. Suasana berubah dramatis tiba-tiba air mata membasahi pipi,bibir beku kelu tak bisa lagi tersenyum seperti satu jam yang lalu tubuh letih hati makin tak karuan,pemuda yang selama ini aku harapkan seorang pangeran tampan memiliki keteguhan iman yang kuat menghilang entah kemana bagai debu yang terpa angin. "ternyata semua laki-laki sama saja" pikirku seraya menghapus air mata yang mengalir tiada henti.

***

1 tahun kemudian aku lulus dari PTN dengan hasil yang memuaskan. Selama waktu itulah tak pernah ada komunikasi antara aku dan ardi bahkan aku dengan cowok lain karena sebelumnya aku juga jarang dekat dengan ikhwan,dalam agama yang aku anut yaitu islam melarang seorang wanita berhubungan dengan laki-laki kecuali ada keperluan dan aku coba taat itu. Aku yakin Allah akan memberi jodoh terbaik biarlah cinta ini berlayar dan berlabuh dihati yang tepat Selang 15 menit aku sampai depan rumah,motor kuparkirkan di teras samping motor yang sudah ada dulu di situ. Aku hafal betul motor siapa,pemilik motor itu adalah Ardi,aku hanyut dalam lamunan teringat seorang laki-laki yang aku kenal di kampus 3 tahun lalu yang membuatku mabuk kepayang dilanda kegalauan.
"astagfirullah" ucapku tersadar
langsung aku sandarkan motor metic ku lalu masuk ke dalam rumah
"assalamu'alaikum" sapaku pada semua.

 "wa'alaikumsalam" jawab semua serempak termasuk Ardi.
 Semua terdiam aku dan Ardi hanya saling pandang tersenyum. "Ardi kau masih yang kukenal dulu" batinku. "sini nak,Ardi sudah menunggu sedari tadi" suruh ayah memecahkan suasana hening. "iya yah" aku menghampiri mereka duduk di samping ibu. "silakan nak Ardi sampaikan apa maksudmu datang kemari" pinta ayah kepada Ardi "iya pak,sebelumnya saya minta maaf jika kedatangan saya kemari mengagetkan dan mendadakan dan tidak bersama kedua orangtua saya dikarenakan saya hanya ambil cuti 3 hari dan kedua orangtua saya di luar jawa. Pak maksud kedatangan saya kemari ingin meminang putri bapak yang akan saya jadikan sebagai pendamping hidup saya menyempurnakan diin saya"
Sungguh berdebar hati mendengar pernyataan Ardi seorang yang aku tunggu bagai di dunia mimpi. Aku hanya bisa menunduk dengan wajah kemerah-merahan menahan senyum "kalau masalah itu sepenuhnxa aku serahkan kepada Sinta,bagaimana jawabanmu nak?" "bukannya ada yang lain ya di hatimu?" tanyaku pada Ardi mengingat pertanyaan terakhir waktu itu belum terjawab dan kumasih penasaran walau Ardi sudah meminangku. Ardi tak menjawab hany tersenyum manis padaku. "duhai ukhtii maukah kau jadi pendamping hidupku?" aku sudah tak bisa berkata apa-apa hanya anggukan sebagai tanda setuju.
 ***

"Duhai bidadari syurga yang kupilih jadi permasurikuDuhai yang kucintai karena-Nya,Duhai calon ibu dari anak-anakku kelak maafkan aku jika selama ini aku tak pernah menghubungimu dan saatku hadir lancang meminangmu,dalam diamku bukan berarti aku tak peduli padamu,selalu terlantun do'a di akhir sujudku untukmu,aku ingin menjaga perasaan ini agar indah pada saatnya,kesabaran yang kuhadapi akhirnya berakhir dan kumampu membawa dalam mahligai
pernikahan. Dan maaf satu pertanyaan yang dikau tanyakan. Bukannya aku lupa dan mengabaikan,aku masih ingat. Kau tetap satu wanita di hatiku namun benar ada yang lain di hati ini dan ijinkan aku selalu meletakkan Ia yang pertama. Tak usah kau risau aku tak akan menduakanmu karena Ia akan memberiku ijin untukku mencintaimu sepenuhnya karena-Nya. Karena Allah-lah yang membuat kita ada,menumbuhkan rasa cinta,mempertemukan kita dan menyatukan kita.Duhai calon penyempurna hidupku selamat tidur ya, maaf jika pesan ini mengganggumu
Tunggu aku.. esok hari aku akan menjadikanmu satu-satunya permaisuri dalam hidupku. Semoga lancar...
wassalamu'alaikum..."
Derai air mata menjadi saksi aku membaca pesan yang di kirim Ardi melalui e-mail di laptopku tepat di malam sebelum hari pernikahanku dengan Ardi. Hari sudah malam diri ini beranjak menuju jendela. Terlihat oleh sepasang bola mataku janur  melengkung di depan rumah,bapak-bapak dan para pemuda masih sibuk mendekorasi tenda,beberapa ibu-ibu dengan segala aktivitasnya masing-masing ada yang masak,menata meja prasmanan,anak-anak berlarian menambah riuh suasana. Terdiam sejenak penglihatanku berpaling ke baju kebayak putih tergantung di dinding yang akan aku kena pada ahad nikah besok. Sungguh bahagia aku mendapat calon suami seperti Ardi,seorang laki-laki yang taat mencintai tanpa kuketahui,tak pernah mengajakku pacaran dan tak berpaling kelain hati. Akhirnya pertanyaanku terjawab melalui pesan yang tadi dikirim Ardi.
"iiih.. calon pengantin belum tidur,besok gak kelihatan segar kalo tidur kemaleman" ledek fani tetangga sebelahku di balik jendela.
"ah kamu fan,iya ini mau tidur kok" jawabku.
"nah gitu dong biar besok pengantin prianya tambah terkesima melihatmu,hehehe" imbuh fani.
Aku hanya tersenyum lalu meninggalkan fany.

***
Subuh sudah datang,aku segera laksanakan kewajiban karena sudah nampak penata rias menunggu. Penata rias usai mendandani diri ini,di cermin ada bayangan wanita berhijab putih dihias bunga melati segar lengkap dengan kebayaknya. "benar ini aku?" tanya dalam batinku. Ibuku juga terlihat cantik mengenakan kebayak cream menghampiriku "subhanallah cantik banget kamu sayang.." puji ibu padaku "makasih ibu" "sudah siap kamu nak?" tanya ibu bermaksud mengajakku keluar."insyaallah buk"
"yuk keluar Ardi dan keluarganya serta para tamu sudah datang"

***
Di bawah tenda biru para tamu berdatangan duduk di tempat yang sudah disediakan. Seorang laki-laki berpeci dengan jas hitam dan dasi menepati janjinya semalam duduk didampingi saudaranya dan pak penghulu siap di depannya. Aku digandeng ibu menuju kursi kosong dekat Ardi.
Ijab qabul berjalan khitmat. Ardi mengikrarkan janji dengan lancar. 
Alhamdulillah gema setiap tamu mengucap syukur.  Kucium tangan Ardi seorang pria yang pertama ku sentuh dalam hidupku.
Syukur  Alhamdulillahirabbil’alamiin ku ucapkan padamu ya Rabb yang telah mempertemukan aku dengan orang yang selama ini kudambakan.  Tak akan ada lagi dilema cinta  karena kutelah telah terikat dan selalu bersama sepanjang sisa usiaku. Ya Allah jadikan keluarga kami menjadi keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah.  Aamiin Ya Rabbal ‘alamiin